Thursday 25 August 2016

Tampak nyata sebuah ma'nawiyyah, lalu terukirlah ia sebuah ma'ani. Berdirinya aku di sini dalam gambaran yang tiada lukisan. Wajah yang tiada rupa, aku lenyap dalam cahaya yang tiada warnanya. Sebuah cinta daripada kata-kata yang tiada kedengaran suaranya. Namun ku menggapai kemuncaknya pada yang ruangan tiada bahasa. Kemurahan yang dipersembahkan darinya, aku memujinya tanpa huruf. Dalam keghaiban diri ini, aku berdiri pada aku di dalam aku yang tersembunyi dalam terang. Temuilah aku pada sang kekasih sejati yang tiada hentinya melimpahkan rahmat - kata aku pada diriku.

Tersusunnya kalimat dan lakaran coretan ini, mengilustrasikan sebuah bakat-bakat yang agung. Tampak penzahiran sebuah rahsia yang terselindung pada dalaman yang dekatnya tiada bersentuh dan jaraknya tiada berantara. Bekas-bekas menapaki sebuah perjalanan yang panjang tiada penghujungnya, namun semakin dekat aku melangkah ke hadratnya. Penantian yang lama ini mungkin selamanya, namun sesekali rindu ini tiada terpadam dalam ingatanku terhadapmu, wahai kekasihku! - kata hatiku pada jiwaku.

Tawakkal dan berserah menjadi pakaian. Terbakar daku dalam lautan api merenanginya diriku semata-mata menyahut panggilannya dari kasih tercurah sedingin salju yang berkelibung. Oh! Sehangat cinta ini meleburkan aku.... apalah ertinya sebuah imaginasi tanpamu sebagai pautan dakapanku di sisi? - kata nuraniku pada sanubariku.

Semoganya tiada yang dapat merobekkan kebahagiaan ini. Namun, tiada yang dapat menjualkan cinta ini terhadap selain untuk kekasih yang dicintai sejatinya - bisikku pada suaraku.

No comments:

Post a Comment