Thursday 25 August 2016

Diri yang berdiri di sini. Bekas yang terzahir daripada bakat di dalam hati memanifestasikan zahirnya. Batin yang tersembunyi di dalam diri menceritakan sebahagiannya pada jasad ini. Dengan hembusan nafas ini, ku memuji nama Tuhan yang agung. Hilang nafas dari pandangan kembalilah ia pada sebagaimana yang selayaknya. Ruang alam yang terbentang luas pasti tercengang untuk mendapatkan penghujungnya, namun semua penceritaan terkandung dalam diri Adam ini. Pada al-Quran yang hidup, semuanya terpampang di setiap pancaindera yang berpancar - kata aku pada diriku.

Dayu-dayu mentari yang membenamkan dirinya untuk kembali pada Tuhannya agar malam seorang 'abid terisi dengan keheningan angin yang dingin. Enaknya sebuah pemergian sang siang merehatkan kepenatan seorang mujahid yang melangkau jauh ke pesisiran semata-mata bermujahadah menemukan kebenarannya. Namun, sujud tangisan yang lemah di hadapan-Nya terlukis pada diri romantika yang bersenandung buaian cinta sang perenung menemukan kesedaran di ketika tidurnya orang - kata hatiku pada jiwaku.

Tersungkurnya aku lemah di atas hamparan kuasa-Nya. Kebersamaanku dengan-Nya berpisah tiada. Tiada jauh yang membatasi kedekatannya. Berpijak dan melangkah di atas bumi yang nyata, menggenggam langit yang tinggi. Aku terbang menuju kasih yang berkilauan terang rembulan-Nya - kata nuraniku pada sanubariku.

Biarlah apa pun, semoga ceritanya terbaik untuk kita semua yang mencari jalan orang-orang 'arifin. Berserah dirilah pada yang sebenarnya - bisikku pada suaraku.
https://www.facebook.com/mazurka.martillo/posts/644094142307849

No comments:

Post a Comment